Sebagus apa EF?
Haloo, nama saya Adam. Hari ini saya akan membahas sebagus apa EF Indonesia secara general. Banyak banget pertimbangan yang harus dipikirkan sebelum ambil kursus Inggris, dan berbekal pengalaman yang saya miliki, 9 bulan di EF, semoga dapat membantu temen temen menerawang EF itu sebagus apa. Pamor EF mungkin sudah melebihi kualitas EF itu sendiri, dengan harga yang mahal, apakah EF cocok buat kita?
Saya adalah mantan murid EF BSD, Tangerang dan mengambil materi general English, yang mungkin populer dan paling sering ditawarin mbak help desk EF. Sebelum masuk, kita harus ikut entrance examination dlu atau biasa kita sebut placement test. Didalam placement test kita bakal diuji listening, reading, dan speaking. Dan dari hasil ujian, saya dimasukkan dalam frontrunner 12 dengan CEFR(Common European FrameWork) level B2.2. EF menggunakan dasar CEFR(Common European Framework) dalam menilai kemampuan berbahasa Inggris kita, jadi kalo kita keluar dan orang bertanya kemampuan Inggris kita, kita bisa kasih tau kita di tingkatan mana. Waktu saya pertama masuk penawaran dari EF memang mengesankan tapi tetap mahal, waktu itu RP4.850.000 untuk jangka waktu 3 bulan atau unutk materi 1 buku dengan persentasi guru native 50% dan guru lokal 50%. Tapi seiring waktu guru native EF semakin berkurang, sampai akhir 9 bulan les saya, jatah guru native cuman sisa 20% bahkan kurang, akhirnya berenti waktu C1.1.
Gedung dan kelas di EF sangat bagus dan didukung dengan teknologi yang maju, hahah bayangin ada proyektor touch screen 😂😂. Ruangannya nyaman dengan sebagian besar dipenuhi dengan motif kayu lalu kaca transparan dengan nama kota terkenal dipintunya. Tiap kelas minimal punya 1 screen TV yang lumayan besar untuk menunjang kegiatan pembelajaran. Audio juga bagus dan terdengar jernih lewat big screen TV yang tersedia di kelas.
Guru yang diberikan EF memang mumpuni, namun masih terasa bedanya kalo diajar sama native speaker(guru asli yang bahasa utamanya Inggris). Guru Indonesia cenderung diam dan pasif dikelas, dan biasanya ngajar hanya untuk mengejar target pembelajaran hari itu. Sedang guru native ini yang sebenernya dicari cari malah dikurangin jumlahnya. Melalui guru native ini sebenernya kita lebih dilatih untuk ngomong bahasa Inggris, Guru native tidak sombong , malah aktif untuk terus menerus ajak kita ngobrol, bercerita pengalamannya. saya ambil jadwal selasa kamis, dengan durasi pembelajaran 2 jam. Dalam 2 jam tersebut, 1.5 jam digunakan untuk membahas materi yang ada, sedang setengah jam sisanya buat main doang. Tapi seiring waktu guru native yang dirasa mampu menambah kemampuan Inggris malah berkurang.
General English ada banyak tingkatan, tapi kalo masih dibawah 15 tahun saya sangat sarankan jangan join dulu, Isinya kebanyakan main. saya sempat melihat anak kelas general English Trailblazer kira kira 14 tahunan masih mengerjakan buku yang isinya mencocokan gambar. sebagian besar kelasnya malah digunakan untuk menonton youtube dikelas. tidak worth it lah pokoknya.
Untuk kesimpulannya, Secara garis besar saya tidak merasa Ef cukup push kita dalam bidang writing dan reading, EF hampir tidak pernah mengajarkan grammar, pengajarannya masih lebih fokus pada pengajaran penggunaan kata yang tepat dan formal. Penekanan kursus di EF terasa di bidang listening dan speaking. Jadi kalo temen temen fokus mau belajar grammar, EF BUKAN tempatnya. Tapi untuk meningkatkan listening dan speaking, EF TEMPATNYA. Ef punya pamor/ Brand awareness yang tinggi, jadi sertifikat tiap level bisa buat referensi, tapi dengan biaya semahal itu, saya TIDAK menganjurkan anak dibawah 15 tahun untuk join EF dulu, isinya kebanyakan main. Tapi untuk keseluaruhan, EF boleh dicoba, tapi harus terus perhatiin jumlah persentase guru nativenya, kalo guru lokalnya lebih dari 90% mungkin lebih baik di tempat les Inggris konvensional. Kualitasnya tidak akan jauh berbeda.
Terima kasih sudah membaca, ditulis berdasarkan pengalaman saya sendiri, semoga bisa membantu 😄😄
Thank you!
ReplyDeleteKamu teachernya siapa aku miss fanty
ReplyDeleteNice blog
ReplyDelete